tapi sayangnya ada beberapa makanan yang hampir punah,,
Berikut ini 5 Es Tradisional dari Indonesia yang mulai jarang ditemukan :
1. Selendang Mayang
Bagi masyarakat khususnya masyarakat Betawi pasti tidak asing mendengar jenis minuman yang juga mengenyangkan dengan nama selendang mayang. Minuman ini dapat mengenyangkan karena bahan utama dari selendang mayang yaitu tepung sagu dan tepung beras yang berbentuk kue seperti agar-agar serta disiram dengan kuah santan yang gurih dan segar.
Warna merah atau hijau dari adonan kue yang seperti agar-agar dan disajikan dalam potongan kotak-kotak yang berpadu dengan warna putih santan membuat tampilannya mengingatkan kita dengan bentuk selendang maka dari itu minuman khas betawi ini disebut selendang mayang. Sayangnya akhir-akhir ini minuman ini sudah mulai sulit ditemukan, tetapi masih ada beberapa penjual yang menjual selendang mayang yang dapat Anda temui di kawasan Kota Tua, Glodok, dan kawasan Kelapa Gading.
2. Es Goyang
Pernahkah Anda merasakan es dengan nama es goyang. Jika belum, memang pada akhir-akhir ini es goyang telah sulit kita temui apalagi jika di kota-kota besar tetapi dahulu es ini pernah terkenal dan menjadi penghilang dahaga yang favorit. Hal tersebut karena harga dari es goyang ini merakyat disamping dari rasanya yang khas serta bentuknya yang unik.Bentuk es goyang ini kebanyakan persegi panjang dengan menggunakan pegangan dari bambu yang kecil seperti tusuk sate atau dari lidi.
Seperti namanya yaitu es goyang, pembuatan es ini memang digoyang – goyang. Jika biasayanya membuat es dilakukan dengan cara memutar wadah es, maka es goyang dilakukan dengan menggoyangkan wadah es atau bahkan gerobaknya. Penyajiannya juga biasanya ditambahkan coklat cair yang akan membeku ketika menempel pada es. Sayangnya es goyang yang dulu biasa kita lihat melintasi depan rumah, kali ini sudah sulit untuk kita temui.
3. Es Potong
Sama seperti es goyang hanya saja es ini berbentuk silinder dan pembuatannya pun tidak di goyang tetapi hanya didinginkan saja di dalam plastik. Es ini sesuai dengan namanya es potong memang dakam penyajiannya dipotong dari bentuknya yang panjang dipotong dalam bentuk yang lebih pendek sesuai harga yang dipatoknya. Akan tetapi tetap saja menggunakan pegangan dari tusuk bambu atau lidi. Serta biasanya disajikan dengan dicelupkan ke dalam sirop atau coklat cair. Rasanya pun beragam, mulai dari pandan, coklat, santan, hingga nangka dan durian.
4. Es Serut Cetak
Mungkin sedikit terdengar aneh dengan nama es serut cetak, memang es yang terkenal di Jawa Barat ini sebenarnya tidak diketahui secara pasti namanya tetapi dilihat dari proses pembuatannya layak disebut es serut cetak. Cara pembuatan es ini memang berbeda, es balok dipotong kecil sesuai ukuran lalu kemudian diserut dan dimapatkan ke dalam cetakan dalam beragam bentuk biasanya berbentuk bintang dan boneka kemudian diberi pegangan lalu dilumuri dengan sirop beragam rasa.
Dilihat dari pembuatannya maka hasil akhirnya yaitu es serut yang dicetak dan tentunya memiliki warna yang beragam dari sirop yang dilumuri ke es tersebut. Cara mengonsumsinya pun unik, Anda hanya perlu menghisap es tersebut hingga sirop atau esnya habis. Sayangnya es ini juga telah sulit ditemui bahkan di daerah perkampungan yang dahulu kerap dilewati penjual es serut cetak ini.
5. Limun Sarsaparilla
Limun sarsaparilla atau yang biasa dikenal di kalangan masyarakat Jawa Tengah khususnya Yogyakarta dengan sebutan Cola Jawa. Minuman ini memang memiliki rasa yang hampir sama seperti minuman cola lainnya, limun sarsaparilla tetap memiliki kandungan karbonisasi di dalamnya. Minuman ini bahkan sangat populer di era tahun 50an hingga 70an dan bahkanbagi yang mampu membeli minuman ini akan dianggap modern, simbol kemajuan, dan sangat berkelas di zamannya.
Limun sarsaparilla memiliki rasa yang khas di lidah, begitu dicecap maka aroma menyegarkan seperti menyecap mint cukup terasa sehingga dapat mendatangkan efek lega di rongga hidung dan rongga dada. Selain minuman berkarbonasi, aroma khas rempahnya juga mengingatkan kita pada aroma obat atau jamu tradisional.